Ramal Indonesia Bakal Produksi Alutsista Secara Mandiri dalam 15 Tahun ke Depan

Indonesia dapat mandiri dalam memproduksi Alutsista dalam 10 hingga 15 tahun ke depan melalui kerja sama pengembangan teknologi dengan pemilik teknologi asalnya. (Headline.com)

Industri pertahanan Indonesia, melalui PT Len Industri (Persero) sebagai induk holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pertahanan, yakin bahwa Indonesia akan merdeka dari impor Alutsista (Alat Utama Sistem Senjata) dalam 15 tahun ke depan. Menurut Bobby Rasyidin, Bos PT Len Industri, pemenuhan Alutsista dari produk dalam negeri adalah suatu amanah bagi Defend ID, dan kunci kemandirian tersebut adalah subtitusi impor, pelestarian teknologi pertahanan, dan pengembangan teknologi buatan Indonesia.

Bobby menjelaskan, sebagian besar senjata dan peralatan pertahanan seperti senjata ringan, amunisi, kendaraan operasional, dan kendaraan taktis sudah diproduksi di dalam negeri. Bahkan kapal perang hampir 100 persen telah diproduksi dalam negeri. Ia menggarisbawahi pentingnya terus memilih dan menentukan bidang mana yang harus dikuasai terlebih dahulu, dengan tujuan agar dalam 10 hingga 15 tahun mendatang Indonesia dapat memproduksi jet tempur.

Bobby juga mengacu pada kerja sama antara Indonesia dan Korea Selatan dalam pengembangan jet tempur KF-21, di mana Defend ID aktif terlibat dalam proyek tersebut. Ia berharap bahwa Indonesia dapat mandiri dalam memproduksi Alutsista dalam 10 hingga 15 tahun ke depan melalui kerja sama pengembangan teknologi dengan pemilik teknologi asalnya.

Selain itu, Bobby juga mengomentari konflik geopolitik, seperti yang terjadi antara Israel dan Palestina, yang mempengaruhi industri pertahanan di banyak negara. Dia mengungkapkan bahwa meskipun konflik seringkali meningkatkan permintaan senjata, ada dampak negatif yang memperlambat proses produksi Alutsista. Beberapa negara bahkan menutup ekspor senjata mereka di tengah konflik, sehingga industri pertahanan Indonesia tidak terpengaruh secara signifikan.

Bobby menggarisbawahi bahwa konflik tersebut tidak memengaruhi industri pertahanan Indonesia dan bahwa senjata produksi dalam negeri tidak digunakan untuk menyakiti manusia. Dia memberikan contoh perusahaan-perusahaan pertahanan asing yang mengalami peningkatan backlog pesanan selama konflik, yang berdampak pada peningkatan waktu produksi. Namun, ia menegaskan bahwa tidak ada kerja sama dengan Israel, dan pemerintah Indonesia melarang BUMN pertahanan untuk menyuplai senjata ke negara yang sedang berkonflik. Demikian informasi yang dapat disampaikan mengenai Alutsista.