Harga Minyak Dunia Anjlok: Pengaruh Data Ekonomi China dan Timur Tengah

Harga minyak dunia Brent turun sebesar 13 sen atau sekitar 0,2 persen, menjadi US$79,55 per barel pada pukul 00.32 GMT. (Okezone.com)

Harga minyak dunia mengalami penurunan pada awal perdagangan di Asia, Senin (19/8) pagi. Pelemahan ini dipicu oleh kekhawatiran akan melemahnya permintaan dari China, salah satu negara pengimpor minyak terbesar di dunia, yang memberikan tekanan pada sentimen pasar.

Di sisi lain, perhatian investor juga tertuju pada perkembangan perundingan gencatan senjata di Timur Tengah yang dapat mengurangi risiko gangguan pasokan minyak global.

Menurut laporan dari Reuters, harga minyak dunia Brent turun sebesar 13 sen atau sekitar 0,2 persen, menjadi US$79,55 per barel pada pukul 00.32 GMT. Sementara itu, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) juga mengalami penurunan serupa sebesar 13 sen atau 0,2 persen, menjadi US$76,52 per barel.

Penurunan harga ini terjadi setelah pada hari Jumat sebelumnya, kedua acuan harga minyak tersebut merosot hampir 2 persen. Hal ini disebabkan oleh berkurangnya ekspektasi pertumbuhan permintaan dari China, meskipun harga minyak secara keseluruhan tidak banyak berubah dari minggu sebelumnya.

Serangkaian data ekonomi dari Amerika Serikat yang menunjukkan inflasi yang moderat dan peningkatan belanja ritel memberikan sedikit dukungan pada pasar.

Hiroyuki Kikukawa, Pimpinan NS Trading, mengungkapkan bahwa kekhawatiran yang terus-menerus tentang perlambatan permintaan di China menjadi faktor utama yang mendorong aksi jual minyak ini. Ia juga menambahkan bahwa faktor lainnya adalah berakhirnya musim puncak mengemudi di Amerika Serikat, yang biasanya mendorong permintaan bahan bakar.

Di tengah sentimen negatif ini, ketegangan di Timur Tengah dan eskalasi perang antara Rusia dan Ukraina tetap menjadi faktor penopang harga minyak dunia. Ketidakpastian geopolitik ini menambah tekanan pada pasar yang sudah goyah akibat tanda-tanda perlambatan ekonomi di China.

Pada Kamis lalu, data ekonomi dari China menunjukkan bahwa ekonomi negara tersebut kehilangan momentum pada Juli, dengan harga rumah baru mengalami penurunan tercepat dalam sembilan tahun, produksi industri melambat, dan tingkat pengangguran meningkat.

Situasi ini memicu kekhawatiran di kalangan pelaku pasar tentang penurunan permintaan minyak dari China, terutama setelah kilang-kilang minyak di negara tersebut mengurangi tingkat pemrosesan minyak mentah akibat lemahnya permintaan bahan bakar.

Sementara itu, di Timur Tengah, upaya perundingan untuk mencapai gencatan senjata di Gaza masih terus berlangsung. Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken melakukan kunjungan ke Tel Aviv untuk mendorong tercapainya kesepakatan, meskipun ketidakpastian masih menyelimuti proses tersebut.

Secara keseluruhan, pasar minyak global saat ini berada di bawah tekanan, terjepit antara kekhawatiran perlambatan ekonomi di China dan ketegangan geopolitik yang terus meningkat di berbagai belahan dunia.

Demikian informasi seputar harga minyak dunia terbaru. Untuk berita ekonomi, bisnis dan investasi terkini lainnya hanya di Philippinestuffs.Com.