China menunda penerapan larangan ekspor kimia dan logam penting seperti gallium, germanium, antimon serta material super keras ke Amerika Serikat hingga 27 November 2026. Kebijakan yang semula diumumkan pada Desember 2024 itu kini ditangguhkan, meredakan ketegangan pasokan bagi industri teknologi global.
Selain penundaan larangan, Beijing juga melonggarkan aturan pemeriksaan khusus untuk ekspor grafit. Langkah ini mengikuti pelonggaran lain atas kontrol material tanah jarang dan bahan baterai litium yang diumumkan pekan ini. Otoritas menyebut keputusan tersebut bagian dari upaya menstabilkan hubungan dagang.
Konteksnya, pemimpin China dan Amerika Serikat menyepakati pengurangan sebagian tarif serta penundaan sejumlah langkah dagang selama satu tahun. Dampak langsungnya adalah peluang normalisasi arus bahan baku strategis yang dibutuhkan semikonduktor, panel surya, hingga sistem pertahanan.
Larangan Ekspor Kimia Melunak, Dampaknya ke Semikonduktor
Bagi pelaku industri, relaksasi Larangan Ekspor Kimia memberi ruang untuk mengatur ulang kontrak pasokan dan logistik. Produsen chip, komponen radar, serat optik, dan baterai EV bisa memperbarui proyeksi biaya bahan baku. Namun risiko masih ada mengingat keputusan bersifat sementara sampai 2026 dan dapat berubah mengikuti dinamika kebijakan.
Pasar tetap perlu mencermati detail teknis perizinan dan verifikasi end user, terutama pada produk dual use yang sensitif. Perusahaan disarankan menyiapkan rencana pasokan alternatif, memperkuat kepatuhan, serta memanfaatkan jeda tarif untuk mengamankan kontrak jangka menengah.
Penundaan Larangan Ekspor Kimia menandai jeda eskalasi dagang dan memberi napas bagi rantai pasok teknologi. Meski demikian, horizon kebijakan hanya sampai akhir 2026 sehingga mitigasi risiko dan diversifikasi sumber tetap krusial.
Demikian informasi seputar kebijakan China soal larangan ekspor kimia ke AS. Untuk berita ekonomi, bisnis dan investasi terkini lainnya hanya di Philippinestuffs.Com.