Badan Pangan Nasional (Bapanas) Buka Peluang Impor Pangan untuk Program Makan Siang Gratis Prabowo-Gibran

Impor pangan diperlukan untuk mengakomodasi program populis makan siang dan susu gratis yang direncanakan mulai tahun 2025. (Beritasatu.com)

Badan Pangan Nasional (Bapanas) membuka kemungkinan adanya impor pangan untuk memenuhi kebutuhan program makan siang dan susu gratis yang dijanjikan oleh pemerintahan presiden dan wakil presiden terpilih, Prabowo-Gibran. Sekretaris Utama Bapanas, Sarwo Edhy mengakui bahwa impor pangan diperlukan untuk mengakomodasi program populis ini yang direncanakan mulai tahun depan.

“Kaitannya dengan program makan siang gratis, jika produksinya kurang tentu harus impor. Hanya saja besarannya belum dapat dipastikan karena masih dihitung,” ujar Edhy saat ditemui di kawasan Senayan, Senin (29/7).

Edhy menjelaskan, kebutuhan impor pangan seperti beras dan susu gratis masih menunggu kepastian jumlah penerima program yang dijanjikan Prabowo-Gibran saat kampanye Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Meski demikian, pelaksanaan program makan siang dan susu gratis nantinya akan disesuaikan dengan anggaran pemerintah yang tersedia.

“Jumlah dan sasarannya masih belum pasti, apakah mencakup siswa TK, SD, SMP, SMA atau hanya untuk SD dan SMP saja,” katanya.

Edhy memastikan bahwa Bapanas sangat mendukung program makan siang dan susu gratis yang direncanakan mulai berjalan pada 2025. Program ini sejalan dengan program Bapanas sebelumnya seperti program B2SA (beragam, bergizi seimbang, dan aman) serta program Genius yang memberikan makanan kepada siswa SD dan SMP di berbagai sekolah.

Adapun pada 2025, program Genius dengan pola B2SA akan dilakukan di 350 sekolah yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia. “Intinya kami mendukung program makan siang gratis tersebut,” ucapnya.

Ketua Umum Gabungan Produsen Makanan dan Minuman (Gapmmi), Adhi S. Lukman mengungkapkan bahwa pihaknya telah diminta untuk mendukung program susu gratis ini dengan melakukan impor sapi. Saat ini, produksi susu dalam negeri belum mampu memenuhi kebutuhan program tersebut. Bahkan, sebanyak 80% kebutuhan susu di industri masih dipasok dari luar negeri.

Namun, impor sapi perah tidak bisa dilakukan secara serta-merta. Faktor kecocokan iklim dan lingkungan perlu dipertimbangkan, mengingat Indonesia sebagai wilayah tropis menghasilkan susu lebih sedikit dibandingkan negara subtropis seperti Eropa atau sebagian wilayah Australia.

Oleh karena itu, untuk merealisasikan program susu gratis Prabowo-Gibran, impor susu menjadi solusi yang realistis sementara ini. “Sementara menurut saya, mau tidak mau impor susu sambil benahi di hulunya,” ujar Adhi di kawasan Senayan, Senin (22/7).

Impor pangan untuk program makan siang dan susu gratis ini diharapkan dapat mendukung pelaksanaan program populis pemerintahan Prabowo-Gibran dengan optimal.

Demikian informasi seputar impor pangan untuk kebutuhan program makan siang dan susu gratis. Untuk berita ekonomi, bisnis dan investasi terkini lainnya hanya di Philippinestuffs.Com.