![Tarif_Impor_Aluminium_dan_Baja_25%_Pengaruh_Kebijakan_Trump_terhadap](https://philippinestuffs.com/wp-content/uploads/2025/02/Tarif_Impor_Aluminium_dan_Baja_25_Pengaruh_Kebijakan_Trump_terhadap-678x381.webp)
Pada Senin (10/02), Presiden AS Donald Trump mengumumkan kembali tarif impor baja dan aluminium yang diberlakukan pada masa pemerintahannya, dengan tarif 25% untuk baja dan 10 persen untuk aluminium. Kebijakan tersebut dirancang untuk melindungi industri dalam negeri Amerika Serikat dari persaingan yang dianggap merugikan, terutama dari produk baja dan aluminium yang murah dari negara lain, termasuk China.
Meski sebagian besar impor baja AS berasal dari Kanada, Brasil, dan Meksiko, tarif impor baja dan aluminium 25% ini terutama ditujukan untuk mengatasi lonjakan impor dari China, yang merupakan produsen baja terbesar dunia. Namun, kebijakan tersebut juga mempengaruhi sejumlah negara lain, termasuk Indonesia.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa ekspor aluminium ekstrusi Indonesia ke AS meningkat dari US$75 juta pada 2019 menjadi US$102 juta pada 2023. Meskipun demikian, pada periode Januari hingga Agustus 2024, ekspor Indonesia ke AS tercatat menurun menjadi US$41 juta dibandingkan dengan US$79,5 juta pada tahun sebelumnya.
Tarif impor aluminium dan baja ini mempengaruhi banyak sektor di AS, mulai dari otomotif hingga infrastruktur, yang sangat bergantung pada bahan baku ini. Walaupun tarif dapat meningkatkan biaya produksi barang-barang tersebut, beberapa produsen di AS melihat peluang untuk menaikkan harga karena berkurangnya persaingan dari impor murah.
Namun, penerapan tarif ini juga berdampak pada pasar global, termasuk Indonesia. Beberapa importir AS beralih ke negara penghasil baja dan aluminium lainnya seperti Kanada, mengurangi pangsa pasar negara-negara seperti China dan Indonesia.
Terlepas dari kebijakan tarif impor baja dan aluminium 25%, Indonesia tetap berupaya mempertahankan posisi sebagai salah satu eksportir aluminium utama ke AS.
Selain dampak ekonomi, kebijakan tarif ini turut memicu ketegangan perdagangan yang lebih luas. Beberapa negara merespons dengan tarif balasan, yang turut meningkatkan harga barang-barang di pasar domestik AS.
Meski demikian, Pemerintah AS telah melonggarkan beberapa ketentuan tarif, termasuk menangguhkan tarif untuk barang senilai kurang dari US$800 dan menunda tarif pada barang dari Meksiko dan Kanada.
Dampak kebijakan ini menunjukkan bahwa meskipun tarif dapat melindungi industri dalam negeri, efek jangka panjangnya tetap harus diperhitungkan, terutama bagi negara-negara penghasil aluminium dan baja seperti Indonesia.
Demikian informasi seputar kebijakan Donald Trump soal tarif impor baja dan aluminium dan pengaruhnya ke Indonesia. Untuk berita ekonomi, bisnis dan investasi terkini lainnya hanya di Philippinestuffs.Com.